Sunday, February 8, 2015

NUR DJULI: ACEH AKAN MAMPU SAINGI MEDAN

NUR DJULI: ACEH AKAN MAMPU SAINGI MEDAN

Terkait dengan persaingan dengan Medan, Nur Djuli salah seorang anggota tim juru runding GAM di Helsingki dan juga Politisi Partai Nasional Aceh (PNA) berpandangan bahwa jika dapat dikelola dan diberikan wewenang yang didasari dengan penuh kejujuran maka Aceh akan mampu bersaing dengan Medan “Aceh sanggup bersaing dan jauh lebih attractive dari Medan tapi on even level playing field. Arena persaingan harus jujur, tidak dijegel kaki dari belakang, atau boxing dengan tangan diikat ke belakang. Coba lihat persaingan Singapura dengan Malaysia.” Demikian kata Nur Djuli. Ini artinya selama ini yang menyebabkan Aceh tidak bisa berkembang dengan maksimal karena ada pihak tertentu semisal Jakarta yang tidak iklas melihat Aceh maju, sehingga dalam berhubungan dengan Aceh selalu dilandasi dengan ketidak jujuran.
Lebih lanjut dia juga membandingkan dengan perbandingan antara Malaysia dengan Singapura “Dulu semua import Malaysia diturunkan kapal-kapal container besar di Singapura dan diangkut dengan kereta api dan truck ke destinasi di kota-kota malaysia. Otomatis barang-barang produk luar negeri lebih murah di Singapore dari di Malaysia. Orang Malaysia berbondong-bondong shopping ke Singapore. Kemudian Mahathir membangun pelabuhan raksasa dan super moderen di Pasir gudang, Johor dan di Port Klang, selangor, biaya birthing kapal dan bunkering jauh lebih murah di Johor dari Singapur . Maskapai kapal kargo terbesar di dunia, maersk line. terus pindah dari Singapore ke Pasir Gudang. Orang malaysia tidak lagi shopping di Singapore, bahkan Malaysia menjadi shopping paradise negara-negara tetangga. Turis jepang bahkan beli kamera buatan Jepang di Malaysia” ini mengindikasikan jika kita Aceh mampu mengelola pelabuhan laut dan Bandar udara dengan baik, tentunya juga harus mampu melobi pemerintah Jakarta untuk mendapatkan kewenangan yang lebih besar, agar upaya pengembangan tersebut bisa berjalan dengan maksimal, sehingga pada akhirnya kita mampu menyaingi Medan, barang yang langsung masuk ke Aceh dari luar baik melalui udara maupun via transportasi laut pasti akan lebih murah atau setidaknya akan bisa dibeli dengan harga yang sama dengan medan, bukan seperti sekarang orang Aceh beli barang harus ke Medan dulu, sehingga ketika dibawa ke Aceh sudah tentu harganya akan lebih mahal dari medan, daerah dan akan sangat di untungkan jika kita bisamelepaskan diri dari ketergantungan dari Medan dan hal ini akan lebih mudah terwujud jika kita Aceh mampu memaksimalkan bandara dan pelabuhan tersebut.
 “Kalau Aceh mau bersaing dengan Medan, maka pelabuhan-pelabuhan Aceh harus dihidupkan. Ini sebabnya kami masukkan poin tentang komtrol atas pelabuhan lapangan udara dalam MoU. Krueng Geukuh bisa menerima kapal barang hingga 10 000 ton, tetapi kenapa hasil bumi Aceh, mulai dari kelapa sawit, pinang, kelapa hingga ke nilam harus diekspor melalui Belawan? karena tidak ada kapal yang berani ambil barang direk dari Aceh, akan diboikot oleh Medan. Kalau pemerintah Aceh, terutama Bappeda, tidak sedar akan hal ini dan selalu menyalahkan diri sendiri, kita harus begini harus begitu, sampai kiamatpun Aceh akan tetap bergantung pada Medan. Lambat supply datang dari Medan, kita kelaparan” demikian pungkas Nur Djuli.

Akankah Aceh mampu bersaing dengan Medan?
Semua tergantung kita...

No comments:

Post a Comment