Showing posts with label kritik. Show all posts
Showing posts with label kritik. Show all posts

Tuesday, July 26, 2016

APRESIASI ATAS KUNGKER DPR ACEH

TERIMA KASIH DPR ACEH

Alhamdulillah, setelah melakukan kungker ke luar negeri Wakil kita di DPRA telah belajar langsung dan berhasil menemukan solusi terhadap persoalan yang selama ini tidak terselesaikan di Aceh:
- Listrik akan segera beres, Persoalan Air Bersih segera tertuntaskan,
- Angka pengangguran dan kemiskinan akan segera bisa dipangkas seiring akan dibukanja lapangan kerja baru sehingga taraf perekonomian Rakyat Aceh akan menjadi yang terbaik di Indonesia bahkan di Asean,
- Indeks kesehatan rakyat Aceh akan segera bisa diperbaiki buah dari pembelajaran tentang pelayanan kesehatan di luar negeri
- Transportasi di Aceh akan menjadi yang pertama dan satu-satunja yang bebas hambatan bin kemacetan di Indonesia,
- Sistem pendidikan di Aceh akan segera menjadi yang terbaik senusantara jauh meninggalkan Papua, Djogja bahkan DKI
- Aceh akan menjadi Provinsi Percontohan dalam tata kelola pemerintahan di Indonesia di mana Pemerintah Aceh akan menjadi Icon dan role model Pemerintahan yang transparan, dinamis, kreatif dan modern.

Tks Wakil kami di DPR Aceh yang telah berjuang mati-matian, siang malam bahkan rela meninggalkan keluarga tercinta untuk mencarikan jalan keluar atas persoalan kami

Untuk dan atas semua pengorbanan dan perjuangannja kami haturkan ribuan terima kasih, maafkan kami yang sangat berlebihan mengkritisi tuan-tuan.

Ttd. Rakyat Aceh
@[100005434561066:Muhammad Ramadhan Al-Faruq Aceh]

#khayalantingkattinggii

Friday, January 22, 2016

AYAM PETELOR BANSOS GHAIB, ACEH TERANCAM GAGAL SAINGI AUSTRALIA

Ayam Petelor Bansos pemerintah Aceh pada tahun 2013 diberitakan hilang, Aceh Gagal saingi Australian.

Diduga Bansos yang digadang-gadang akan membawa Aceh untuk menjadi pioner dalam pemberdayaan ekonomi ummat dan akan segera menggeser Australia dalam persaingan pengekspor telor di dunia terutama di kawasan Asia itu hilang dibaplung oleh Komplotan Pencuri Ayam yang bergentayangan di Aceh.

Diharapkan kepada Kelompok Peternak Ayam yang berada di kawasan Aceh Besar-Bireun dan Aceh Selatan untuk waspada agar Ayamnha tidak dibaplung oleh oknum oknum yang tidak bertanggung jawab.

Berikut nama-nama yang disebutkan sebagai penerima 100 ribu ekor Ayam hibah dari Pemerintah Aceh melalui APBA 2013

DARI ACEH BESAR: 

Jasman (ketua), A Hamid Bintang (Sekretaris) Sayed Usman Wajihan (Anggota), Fitriawan

DARI BIREUN:

Mahdar Muhammad, Zainuddin Ar, Nuruzzahri, Rusdi Elustrri, M Niyanusi, Ridwan Saputra, Nirwana, Syafruddin Yusuf, Munazir, Mutasir, Muhammad Abdul Muthaleb, Ismail M Nur, Faisar, M Isa, M Isa, Muhammad, Basri, Afrizal, Munizar, Muntasir, Turhamun Syafruddin, Zulkifli, Ikhlas H Mahmud, Muhammad Nurdin, Tarmizi, Erlina, Fauzan Abdullah, Ibrahim, Saiful

DARI ACEH SELATAN:

Sariman Arma A, Zul Fahmi, Ari Mukti Suharja, Masrafit, Dedi Sahputra, Rahmadi

DARI Banda Aceh:

Muhammad Reka Alfaraby, Heri Mulyadi, Willy Astoni, Amri Saldin, Syahwal Fitrijal, Robby Fairmansyah, Kukuh Bagus Radjwarto, Arif Zulhelmi

DARI ACEH UTARA:

Firdaus

DARI ACEH TAMIANG:

Lazuardi

DARI PIDIE JAYA:

Nur Asthma

Masing-masing kebagian 2000 Ekor (Sumber: Tabloid Modus Aceh Edisi: 18-24 JANUARI 2016)

#SaveManok

Saturday, October 24, 2015

#TanyaTelkomsel Jadi trending topik di medsos



            ZAKARYA SAMAN itulah sosok yang akhir-akhir ini melakukan perlawanan dari internal terhadap Partai Aceh, ia tidak banjak bicara, namun dari sedikit bicaranya sungguh sangat bisa membuat publik dengan begitu mudah mengingat apa yang di ucapkannja, salah satunya "Tanya sama telkomsel", yang keluar dari mulut dia ketika menanggapi pertanyaan wartawan terkait ketidak hadirannya dalam rakor Partai yang sempat dia besarkan sebelumnya.
“Saya tak terima undangan, diteleponpun tidak, kalau tidak percaya tanya sama telkomsel, kalau ada kan keluar nomor saya di situ” Demikian kata Zakarya Saman atau yang kerap disapa Apa Karya yang juga dikenal dengan Menhan GAM semasa perang berkecamuk di Aceh.
Dalam kesempatan lain Ap Karya juga mengeluarkan pernyataan yang tidak kalah spektakuler terkait dukungan Malik Mahmud terhadap salah satu Bakal Calon Gubernur yang akan bertarung di Pilkada Aceh 2017 mendatang, menurutnya Malik Mhmud telah melakukan kesalahan ketika mengutarakan dukungannya secara terbuka, sehingga posisi di sebagai Wali Nanggroe semakin tidak strategis di mata rakyat Aceh, yang jelas jelas berpihak pada kelompok atau kubu tertentu, menanggapi soal itu Zakarya Saman mengatakan “Malik Mahmud Salah Jeip Ubat” yang dalam maknanya seseorang yang telah melakukan tindakan atau kesalahan yang sangat fatal.
Luar biasa “meugeudhamp” kata-kata yang keluar dari mulut pria asal Keumala ini, layak di tunggu pernyataan “meugeudham” bin blak-blakan lainnya yang akan keluar dari mulut sosok yang dikenal berani dan tegas serta tidak banyak bicara ini.

Tuesday, September 29, 2015

STOP, JANGAN POLITISASI AGAMAKU DEMI BIRAHI KEKUASAANMU!

STOP, JANGAN POLITISASI AGAMAKU DEMI BIRAHI KEKUASAANMU!

(POLITISASI ISLAM & ISLAMISASI POLITISI)
Oleh: Muhammad Ramadhan Yusuf


Politisasi Islam

Politisasi Islam adalah sebuah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan tindakan yang dilakukan oleh sebagian orang yang menunggangi Islam untuk mencapai tujuan politik.

Adalah ironis ketika setiap hari kita mendengar sebahagian politisi di negeri ini berteriak “Islam adalah pegangan kita, Al-Quran adalah pedoman kita, syari’at adalah jalan kita”, sementara dalam kenyataannya kita terus saja berhadapan dengan realitas yang semakin hari semakin jauh dari tuntunan Al-Quran, bimbingan Islam dan aturan syari’at.

Dari mulut atau ucapannya serta pakaian maupun atribut yang disandangnya selalu dan senantiasa “membawa” nama Islam, sehingga “terkesan” dialah orang yang paling cinta kepada Islam dan senantiasa mengikuti Rasulullah SAW, sementara dalam setiap tindak tanduknya malah bertolak belakang dengan apa yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW, bahkan lebih menyerupai Musailamah Al-Kadzab (penipu) karena ingin berkuasa, dia bahkan membuat hadits palsu yang seakan-akan apa yang dia katakan benar layaknya yang pernah dikatakan Rasulullah SAW, atau ada juga yang lebih identik dengan Qarun (kaya dan Lobha) sehingga dalam kehidupannya ingin menguasai semua kekayaan dengan menghalalkan segala cara termasuk korupsi sekalipun, dengan mencari celah agar terkesan kekayaannya adalah halal, ada pula yang menyerupai Fir’aun (kuat dan angkuh) sehingga begitu senangnya memanfaatkan kekuasan untuk menindas orang lain, sehingga dia terlihat sebagai orang yang paling kuat dan kuasa dimuka bumi.

Bukankah ini yang dikatakan dengan “politisasi Islam?” yaitu ketika seseorang menunggangi Islam untuk kepentingan politik?

Mendadak mendatangi Ulama untuk meminta restu sehingga terskesan ia “telah direkom” oleh ulama tertentu untuk dipilih menjadi Gubernur, Bupati dan lain sebagainya, mendadak menghafal hadits dan ayat “guna” meng-islami pembicaraannya agar terkesan seorang yang jujur dan berbagai cara lainnya yang pada dasarnya hanya menunggangi “Islam” demi mewujudkan “kepentingan” politiknya.

Berbagai kasus dan “praktik” culas yang terjadi di sekeliling kita banyak yang melibatkan politisi-politisi yang telah mempolitisir (dengan menggunakan atribut) Islam untuk kepentingan politik mereka, padahal Islam telah dengan tegas menggariskan bahwa yang hak dan yang bathil itu jelas berbeda, misalnya Islam melarang penipuan, Islam melarang mengambil yang bukan haknya, Islam melarang ummatnya melakukan penindasan.

Islam itu melarang pengibulan.

Allah SWT dengan sangat jelas menerangkan dalam Al-Quran bahwa: “Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta” (QS Adz Dzaariyaat:10), ini menunjukkan bahwa praktek culas berupa Mark-Up yang sering terjadi disekeliling kita merupakan bentuk perbuatan yang sangat bertentangan dengan Islam itu sendiri, mark-up proyek pulan,mark-up proyek pulen, mark-up pengadaan Damkar misalnya, penyelewengan beasiswa, bansos dan lain sebagainya.

Sungguh ironis, di negeri yang dengan begitu “bergemuruh” menggaungkan syaria’at Islam yang dipimpin oleh orang yang mengaku sangat cinta kepada Islam malah terjadi tindakan-tindakan yang berlawanan dengan ajaran Islam itu sendiri.

Islam itu melarang korupsi 

Allah SWT berfirman “Dan janganlah kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (Surah Al-Baqarah: 188), bukankah dalam ayat ini Allah SWT dengan sangat jelas melarang setiap muslim untuk mengambil harta yang bukan haknya secara bathil semisal korupsi, bukankah korupsi itu sendiri merupakan perbuatan yang sangat dilarang dalam Islam?

Ironisnya tindakan ini malah dilakukan oleh oknum-oknum yang dalam kesehariannya selalu “menggaungkan” Islam dalam setiap pembicaraannya, dalam setiap aktifitas politiknya senantiasa “membawa” atribut Islam, atau bahkan berasal dari partai yang berlabel Islam. Yang ketika mereka ingin meraih tujuan politiknya selalu berbicara dengan begitu Islami, sementara dalam tindakannya ternyata sangat jauh dari nilai-nilai Islam.

Islam melarang penindasan(kedhaliman).

Berkaitan dengan ini Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (QS. Asy Syuura: 40), bukankah dalam ayat ini Allah telah menjelaskan bahwa sangat membenci orang-orang yang berbuat kedhaliman, yang secara instruksional dapat dipahami bahwa Allah SWT melarang berbuat kedhaliman baik dalam bentuk penindasan dan ketidak adilan maupun berbagai bentuk kedhaliman lainnya.

Ironisnya dalam kehidupan sehari-hari kita melihat begitu banyak ketidak adilan yang dipertontonkan dihadapan kita yang dilakukan oleh orang-orang yang sebelumnya ketika “berjuang” selalu membawa nama Allah SWT dan Rasul SAW yang seakan akan mereka benar-benar akan menjadikan Al-Quran dan sunnah sebagai pedoman dalam menjalankan setiap kebijakan mereka. Begitu banyak hak rakyat yang tidak terpenuhi oleh pemimpin di negeri kita, misalnya kita setiap tahunnya membayar pajak, setiap bulannya membayar iuran listrik, air bersih dan lain sebagainya yang namun pelayanan yang seharusnya kita dapatkan tidak pernah terpenuhi secara maksimal, atau bahkan di abaikan sama sekali. Dalam konteks lain kita juga menemukan berbagai realitas yang menunjukkan betapa tidak adilnya pemerintah kita, misalnya ada daerah tertentu yang “kebetulan” daerah asal pemimpin terkait mendapatkan perhatian yang luar biasa, sementara daerah lainnya yang juga berada di bawah tanggung jawabnya malah tidak diperdulikan.

Bukankah pengibulan, korupsi, ketidak adilan dan berbagai kedhaliman lainnya merupakan perbuatan yang sangat dilarang dalam Islam, namun ironisnya tindakan itu dilakukan oleh oknum-oknum yang “selalu” menggaungkan keagungan Islam. Hal ini menunjukkan bahwa mereka hanya mempolitisasi Islam atau dengan kata lain mereka hanya menunggangi Islam untuk mewujudkan “nafsu” politik mereka. 

Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa banyak (tidak sedikit) politisi yang ada di negeri kita ini yang sejatinya beragama Islam tapi sungguh belumlah Islami, mengapa dikatakan demikian? Karena korupsi masih saja terjadi di mana-mana, mark up di mana-mana, penindasan di mana-mana.

Islamisasi politisi

Islamisasi politisi adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk meng-islami-kan para politisi. Dalam hal ini bukan dalam artian politisi di negeri kita bukan Islam, namun politisi Islam yang ada di negeri kita harus diupayakan agar dapat bertindak dan bersikap Islami. Artinya nilai-nilai Islam harus senantiasa diimplementasikan dalam berpolitik. Sehingga ajaran Islam “mewarnai” setiap sendi-sendi kehidupan berpolitik mereka, mulai dari proses suksesi politik, misalnya pemilihan kepala daerah, pemilihan caleg yang harus dilakukan dengan cara-cara yang Islami dengan penuh kejujuran (tranpasran) dan santun tanpa kekerasan, tidak diskriminatif atau mendhalimi hak orang lain, sampai ketika “politisi” itu menjabat sekalipun dapat menerapkan nilai-nilai Islam seperti Tranparansi, adil dan bijaksana dalam setiap tindak-tanduk maupun kebijakannya.

Artinya politisi di negeri kita benar-benar dapat berperilaku yang Islami atau sesuai dengan nilai-nilai Islam. Yang pada akhirnya akan memberikan keadilan dan mewujudkan kemakmuran ditengah masyarakat dan negeri kita.

Tidak ada lagi korupsi, tidak ada lagi mark-up, tidak ada lagi ketidak adilan, sehingga ketika para Politisi telah berperilaku Islami maka Islam dan muslim yang “rahmatan lil’alamiin” benar-benar tercermin dalam kehidupan kita, sebagaimana yang telah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW. Inilah yang penulis sebut dengan Islamisasi politisi.

Sehingga pada akhirnnya jangan sampai ada lagi pertanyaan seperti dibawah ini:

Nach Lo bawa-bawa nama Islam tapi kok malu-maluin sih?

Jangan-jangan elo hanya ingin mem-POLITISASI ISLAM?

Memang Islam itu sempurna, sementara muslim tidak sempurna,

tapi sebagai muslim kita mesti terus berusaha untuk menjadi sempurna

Agar Islam tidak tercela hanya gara-gara "keislaman" kita yang tidak sempurna.

Sumber:
masterramadhan.com

Wednesday, September 9, 2015

EKS KOMBATAN GAM: KOMANDO HANYA ADA DI MASA PERANG.

EKS KOMBATAN GAM: KOMANDO HANYA ADA DI MASA PERANG.

Setelah kita cermati dan kita amati persoalan status Aceh pasca MoU terkait isi dan isu politik yang berkembang dan terus dikembangkan, kita bisa "menyimpulkan" ada ketidak sepahaman atas Nota Kesepahaman yang telah ditanda tangani oleh RI dan GAM, Perbedaan pemahaman tersebut bukan hanja antar Para pihak yang dulunya berseberangan, namun juga di internal para pihak.

Salah satu pemahaman terhadap Nota Kesepahaman (MoU) yang berkembang dan kemungkinan sulit terbantahkan adalah pemahaman Eks Kombatan yang bernama Bang Prossa, yang juga dikenal dengan Fadli Petrus.

Dalam sebuah kesempatan melalui coretannya di media sosial terkait perdebatan soal komando eks Kombatan pasca MoU, ia menyatakan sekaligus menanjakan bahwa:

"Yang ku teupu perjuangan untuk sebuah kemerdekaan ka usai pasca MOU Helsinki...nyan geupeugah le gubernur dan wakil gubernur, Aceh hana le tuntut merdeka...makna harfiah komando itu ada dalam sebuah peperangan bro...setelah damai mantan kombatan GAM berintegrasi kembali dengan siapapun, salah satu integrasi itu adalah mencari rejeki untuk menafkahi keluarganya memberi pendidikan untuk anak anaknya...man cie peutrang siat le gata pu memang mantoeng na gerakan untuk peu merdeka aceh,meunyoe na so pimpinan jih?"

Adakah rakan dan sahabat yang lain yang sepaham dengan Bang Prossa?

Thursday, September 3, 2015

JAMAICA: KALAU TIDAK MAMPU LEBIH BAIK GUBERNUR DAN SEMUA BUPATI SERTA WALI KOTA MUNDUR SAJA

Adalah Ironis ditengah banjir uang Aceh masih terus berkutat dengan persoalan kemiskinan dan pengangguran.

Salah satu mantan juru bicara GAM Syardani M Syarif atau yang dikenal dengan nama tgk Jamaica menilai bahwa sekarang saat yang tepat bagi Aceh untuk bangkit, dengan limpahan dana yang mengalir ke Aceh setiap tahunnya seharusnya Pemerintah bisa fokus mengembangkan sektor pertanian, perikanan dan peternakan, ia menilai hal ini sangat potensial selain merupakan kebutuhan pokok, pengembangan ke tiga sektor ini akan membuka lapangan kerja yang pada akhirnya akan mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran.

Dalam sebuah diskusi di media sosial Jamaica mengatakan sejak lama, Saya selalu bermimpi bagaimana supaya bisa mensejahterakan dan memakmurkan seluruh rakyat Aceh, siapapun Gubernurnya, Bupati/Walikota.

Seharusnya Bupati/Walikota atau Gubernur di Aceh harus berpikir dan fokus untuk membuat Program Pertanian dan Peternakan Modern Terpadu, juga Perikanan modern di Aceh.

Ia melanjutkan lagi, Ini merupakan program yg Saya yakini akan dapat mensejahterakan dan memakmurkan seluruh rakyat Aceh hingga jangka panjang. Kenapa program Perkebunan tidak Saya masukkan, karena Perkebunan sudah cukup banyak di Aceh, tinggal teknologi pengolahan hasil saja yg masih kurang.

Jadi, tidak mesti Saya harus menjadi seorang Bupati/Walikota, Gubernur, atau DPRK/DPRA, DPD/DPR RI sehingga baru bisa diaplikasikan Program Pertanian dan Peternakan Modern Terpadu di Aceh.

Ketika teknologi modern dilibatkan dalam bidang Pertanian, Peternakan dan Perikanan, maka akan dapat menciptakan lapangan kerja massal, jadi tidak ada lagi yang namanya Kemiskinan dan Pengangguran di Aceh, karena semua orang akan punya pekerjaan, tidak ada yang nganggur kecuali orang-orang malas.

Kebutuhan pangan rakyat sangat bergantung pada hasil produksi Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Perikanan. Kalau tiga hal saja (Pertanian, Peternakan dan Perikanan) mau dikelola secara modern oleh Pemerintah Aceh, Insya Allah akan dapat mensejahterakan dan memakmurkan kehidupan semua rakyat Aceh.

Saat ini adalah kesempatan membangun Aceh yg lebih maju, karena sedang ada Dana Otsus Migas yg melimpah setiap tahun dari Jakarta.

Uang sudah ada, Gubernur/Bupati/Walikota adalah pemegang kekuasaan sah terhadap penggunaan dana tersebut, tinggal mereka hanya membuat kebijakan saja. Kalau itupun tidak bisa, lebih baik mereka mundur saja. Demikian pungkas Jamaica.

Friday, July 31, 2015

KOMUNIS ATAU KAPITALIS MUSUH UTAMA KITA?

Salah Menentukan Musuh Utama: Antara Hiu-hiu Lapar di Sekeliling Perahu (Kapitalis) dan Ular di Bawah Karang (Komunis).



SETIAP sudut pandang yang digunakan untuk menyikapi sebuah perkara akan menghasilkan konsekunsi-konsekuensi tertentu. Jika sudut pandang yang dikemukakan saling berseberangan, sesuai latar belakang, selera, dan kepentingan pengamatnya, niscaya menghasilkan ketegangan di antara mereka yang memberi perhatian terhadap perkara tersebut. Di tengah perselisihan itu, lantas lahir koreksi. Namun koreksi bukan puncak diskursus karena ia bisa saja malah membuat perselisihan terus berlanjut bahkan semakin lebar. Meski demikian, seharusnya tak perlu sungkan menganjurkan wacana atau sudut pandang alternatif yang dirasa manjur-korektif.

Dari sudut pandangnya orang-orang memutuskan situasi seperti apa yang harus dicegah-dilawan dan didukung-dilestarikan. Termasuk dengannya mereka mengidentifikasi dan menentukan siapa yang menjadi musuh dan teman. Posisi pemikiran menentukan posisi tindakan. Dan tidak mungkin setiap pihak bisa menghindar dari keharusan menentukan sikap seperti ini karena didukung dan diancam adalah dua ketentuan di dalam hidup para makhluk. Setiap orang akan punya musuh! Dan kenyataannya bahkan lebih rumit lagi: ternyata kita tidak hanya dimusuhi dan bermusuhan dengan satu pihak saja.

Tidak ada komune yang memiliki musuh tunggal. Hidup sekelompok kecil manusia yang tinggal di hutan pedalaman berada di tengah ancaman hewan buas dan situasi lingkungan yang keras. Sementara itu, dari arah sebelah, mereka juga diancam oleh komune lain yang hendak memperluas wilayah kekuasaannya. Pada saat yang sama, komune-komune tradisional yang saling mengancam itu terancam oleh tekanan industrialisasi. Akan datang para hartawan yang ingin mengalirkan modal barunya (modal yang diambil dari profit bisnis sebelumnya) ke ladang investasi baru setelah mereka mendapatkan lisensi dari pemerintah untuk membabat hutan, mencaplok tanah adat, dan menggusur perkampungan penduduk.

Ketika para pengancam datang dari berbagai sisi, cukup penting menentukan mana yang paling mengancam dan susah dikalahkan. Musuh utama harus dikenali sesegera mungkin karena ancaman yang hendak diperlihatkannya sudah semakin dekat, atau bahkan tengah berlangsung. Musuh utama adalah yang sedang menebar kerusakan nyata.

Salah menentukan musuh, terlebih musuh utama, bisa membahayakan hidup. Kesalahan ini diawali dari kesalahan dalam memilih dan menggunakan sudut pandang untuk menyikapi perkara yang dimaksud. Pengoreksian terhadap cara berpikir yang keliru bisa menyelamatkan hidup banyak orang yang telah diperdaya sehingga merasa tiada yang salah dengan kemelaratan  dan kerusakan di sekitar mereka.

Propaganda Antikomunisme

Baru-baru ini beberapa tokoh agama cukup sibuk menyuarakan jargon “Awas Bahaya Laten Komunisme!” yang disampaikan lewat beberapa media. Mereka menempatkan komunisme sebagai musuh nomor satu bagi semua orang saat ini, yang akan mengancam masyarakat, negara, dan eksistensi agama. Untuk meyakinkan khalayak bahwa saat ini komunisme sedang dibangkitkan secara diam-diam, dikemukakanlah beberapa kasus yang mereka anggap sebagai gejalanya. Setidaknya ada lima kasus mutakhir dijadikan dasar keyakinan mereka.

Pertama, seperti dikatakan seorang ustaz, “saat ini akan diadakan pendidikan Marxis 2015 dengan materi Das kapital dan Manifesto Komunis yang akan dilaksanakan di Bogor”. Kedua, dimasukkannya Rancangan Undang-Undang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi sebagai prioritas dalam Program Legislasi Nasional 2015. Selama ini tuntutan pengesahan RUU tersebut paling getol disuarakan oleh para aktivis kemanusiaan bersama mereka yang mengalami penyiksaan sadis di era kekuasaan Soeharto karena dituduh berhubungan dengan PKI. Ketiga, isu penghapusan kolom identitas agama di kartu tanda penduduk. Keempat, perampasan tanah penduduk di beberapa daerah. Kelima, dan ini cukup konyol, beredarnya foto Putri Indonesia 2015 Anindya Kusuma Putri yang memakai baju bergambar palu-arit.

Sekarang marilah kita membahas dan membantah alasan konyol tersebut satu per satu: (i) Masalah pendidikan Marxisme di Bogor, tidak disebutkan siapa penyelenggaranya.  Lagian pendidikan Marxisme sudah ada sejak beberapa tahun belakangan setelah Soeharto berhasil ditumbangkan. Yang digagas tahun ini bukanlah yang pertama kali di Indonesia. Sejak lebih dari satu dasawarsa terakhir sudah banyak forum-forum resmi (termasuk Sekolah Marxisme) yang mendiskusikan pemikiran Marx. Dan tak terhitung sudah berapa banyak diskusi-diskusi informal, misalnya di kantin kampus atau sekretariat organisasi, yang membedah Marxisme sambil minum serbat. Sejak diskusi-diskusi Marxis berjamuran di era Reformasi dan buku-buku Kiri diterjemahkan lalu dicetak dalam jumlah yang cukup banyak, komunisme masih belum menguasai Indonesia, belum berhasil merebut kekuasaan negara dari kendali kelas pemodal; (ii) Sama halnya dengan buku-buku Marxisme, baju-baju bergambar wajah Karl Marx, tokoh-tokoh Kiri lainnya, kutipan dari pernyataan mereka, hingga lambang palu-arit pun sudah banyak dijual dan dipakai selama ini. Lagian, dengan memakai baju seperti itu apakah seseorang dapat begitu saja dianggap sudah memahami dan menganut Marxisme? Sama halnya dengan pemakai serban yang tidak serta-merta bisa dianggap seorang agamawan karena bisa saja ia ternyata penjahat yang sedang menyamar. Atau anggap saja Anindya paham dengan lambang di bajunya itu dan pernah membaca dan mendiskusikan komunisme. Namun apakah dia seorang tokoh Kiri ternama yang memiliki pengaruh kuat untuk menggerakkan massa (kelas pekerja) dalam sebuah revolusi komunis?; (iii) Tujuan komunisme, berdasarkan manifestonya, adalah menghapus penindasan oleh kelas pemodal yang tamak dan menciptakan sistem produksi yang adil. Strategi perjuangannya disusun untuk mengupayakan keadilan bagi kaum papa. Komunisme digagas bukan untuk memperjuangkan hal remeh-temeh seperti penghapusan kolom agama di kartu identitas warga negara. Itu tak ada kaitannya dengan penyejahteraan; (iv) Perampasan tanah orang-orang miskin justru merupakan praktik di dalam sistem ekonomi kapitalisme. Komunisme memang tidak menghendaki adanya kepemilikan pribadi. Ttanah-tanah para juragan harus dirampas lalu dikuasai oleh negara. Namun kasus yang diungkit oleh tokoh agama tersebut adalah perampasan tanah oleh kapitalis, bukan negara. Penguasaan oleh negara baru bisa diwujudkan setelah negara komunis berdiri, bukan sebelumnya. Jadi ketika kasus perampasan lahan penduduk dijadikan salah satu pertanda kebangkitan komunisme, itu sama sekali tidak tepat; (v) Dan tuduhan sebagai pembangkit komunisme terhadap orang-orang yang mendesak pengesahan RUU KKR sama sekali tak manusiawi. Ini tuduhan yang zalim. Tokoh-tokoh agama itu patut dicurigai sebagai alat kelas pemodal dan pelaku pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu yang terusik dan merasa akan terancam posisi serta nama baiknya jika RUU tersebut disahkan. Agama bisa diperalat penjahat untuk melindungi dirinya.

Para ideolog telah berulang kali meluruskan pandangan keliru orang-orang terhadap komunisme. Saya tak perlu mengulangnya di sini. Pandangan keliru tersebut biasanya memosisikan komunisme bukan sebagai ideologi ekonomi tetapi paham yang menentang agama dan hendak menghapusnya dari kehidupan manusia. Bagi mereka, term “komunisme” adalah sinonim dari “ateisme”.

Di samping itu, tetap ada agamawan yang mengkritik komunisme secara objektif. Mereka mampu mengulas ketidaksetujuannya secara jernih. Komunisme dikritik berdasarkan kelemahan teoretisnya. Karena objektif, mereka mengakui ada poin-poin tertentu di dalam Islam yang bersesuaian dengan komunisme, lainnya bertentangan. Kritikus objektif ini biasanya lebih suka berbicara tentang kelemahan sistemis komunisme ketimbang hasutan-hasutan terhadapnya yang tidak berdasar. Oleh karena mau melihat ketegangan antarideologi secara jernih, maka ketidaksetujuan mereka terhadap komunisme bukan berarti kesediaan untuk menerima kesimpulan bahwa saat ini komunisme adalah musuh utama semua orang Indonesia.

Jika umat Islam tak ingin terperdaya, maka kampanye antikomunisme yang belakangan aktif digalakkan harus diwaspadai. Namun cukup perlu diperjelas juga bahwa tidak semua yang menentang propaganda antikomunisme adalah pembela komunisme. Dan tidak harus pula menjadi pembela atau penganut komunisme untuk menolak propaganda tersebut. Kita tidak sedang berbicara tentang melindungi nama baik komunisme, tetapi menghindari perlawanan yang salah sasaran.

Sekelompok pelancong sedang berada di atas sebuah perahu yang sudah terkatung-katung di tengah lautan selama beberapa hari. Beberapa ekor hiu lapar sedang mengitari perahu mereka dan sudah menerkam sejumlah orang. Namun tiba-tiba terdengar teriakan dari beberapa penumpang bahwa seekor ular yang sedang bergerak-gerak di bawah batu karanglah yang paling mengancam mereka di saat itu. Penumpang kapal yang sudah lemas dan irasional diajak menyelam untuk menangkap dan membunuh ularnya. Apa yang kemudian terjadi dapat Anda bayangkan.

Suara lantang para propagandis berserban itu dipekikkan di tengah-tengah situasi di mana kapitalisme semakin mencengkeram negara. Mereka lebih suka berspekulasi dengan “bahaya laten komunisme” ketimbang melihat dan melawan bahaya yang sudah tampak di depan matanya. Padahal kapitalisme terbukti telah menebar kehancuran di mana-mana. Pemodal-pemodal tamak adalah musuh utama bagi orang-orang yang ingin mempertahankan kedaulatan negara dan kelestarian alam. Dan para pemodal itu tidak sedang menebar bahaya laten karena mereka bertindak secara terang-terangan. Mereka adalah hiu-hiu kelaparan yang mengharamkan dirinya kenyang. Kepada penerusnya, setiap kapitalis akan berkata: “Haram bagi kita untuk merasa cukup”.

Musuh besar di depan mata

Tokoh Muslim yang mau melihat persoalan secara jernih mungkin tetap akan memosisikan komunisme sebagai musuh, tetapi bukan musuh utama. Dan mereka juga memandang pembalikan keadaan, dari kapitalisme ke komunisme, sulit diwujudkan. Dengan demikian, cara berpikir tokoh kolot yang menempatkan kapitalisme sebagai musuh nomor dua dan komunisme nomor satu akan dianggap keliru.

Termakan propaganda murahan tersebut bisa membahayakan umat. Kesalahan menentukan musuh utama akan membuat khalayak terkelabui. Pranata ekonomi yang eksploitatif akan semakin terkonsolidasi karena tak tersentuh kritik dan perlawanan umat beragama. Para pemodal bisa leluasa melakukan praktik-praktik ekonomi yang bertentangan dengan ajaran agama dan merugikan umatnya. Perhatikan ilustrasi berikut:

Di sebuah tempat:

Kapitalis A: Di masa mendatang harus ada tokoh dari persekutuan kita jadi presiden.
Kapitalis B: Siapa kira-kira?
Kapitalis C: Si Fulan saja.
Kapitalis A dan B: Setuju dengan usulanmu!

Di tempat lain:

Tokoh Muslim A: Kita harus membuat sebuah gerakan penentangan.
Tokoh Muslim B: Gerakan menentang siapa?
Tokoh Muslim C: Gerakan ganyang komunis.
Tokoh Muslim A dan B: Setuju dengan usulanmu!

Persekongkolan antara pemodal dengan tokoh agama dibangun untuk mencegah umat memiliki kesadaran kritis yang tepat sasaran. Propaganda antikomunisme ini adalah proyek penyesatan pandangan umum. Bahkan ada media Islam yang menyiarkan berita bahaya laten komunisme dengan menggunakan pendapat Tommy Soeharto, seorang kapitalis muda yang juga anak “jenderal jagal besar”. Dan belakangan ini dia mulai dikabarkan akan menjadi salah satu calon presiden di Pemilu 2019 nanti. Inilah salah satu ancaman nyata kita.

Dengan dalih agama sedang terancam, kita diminta fokus pada komunisme. Kapitalisme adalah musuh besar komunisme. Dan kebanyakan tokoh-tokoh agama memandang komunisme adalah musuh Islam. Namun sebagian dari mereka berkata kepada para kapitalis, “Musuh dari musuhku bisa menjadi temanku”. Lalu bertemanlah pemodal dan tokoh agama. Setelah berhasil mencemari agama, kekuasaan pemodal pun semakin kuat karena sebelumnya telah berhasil membangun persekongkolan dengan elite politik. Sementara mereka bertiga sedang berunding sambil mengisap cerutu di ruang rapat, massa yang sudah terperdaya pun sibuk meneriakkan “komunisme haram hukumnya” di bawah terik matahari.

Umat Muslim akan terus lemah jika tidak menyuarakan perlawanan terhadap kapitalisme. Kesadaran seperti inilah yang harus dimiliki. Jika tidak mewaspadai dan melawan propaganda konyol tersebut, Islam akan dihancurkan. Lagian, salah menentukan musuh bisa berujung pada tindakan yang menghancurkan teman sendiri.

PENULIS: Bisma Yadhi Putra Seorang penulis sekaligus analis politik muda berbakat di Aceh.

Monday, July 27, 2015

ACEH #MenungguJanjiKe22

GAGAL PENUHI JANJI, ZIKIR HARUS MINTA MAAF PADA RAKYAT ACEH.

Menyimak, menelisik, membaca Perkembangan jalannya pemerintah Aceh dibawah komando ZIKIR yang sudah memasuki tahun ke 4 yang bisa dikatakan belum maksimal kalaupun "terlalu berlebihan untuk" dikatakan belum menunjukkan tanda-tanda ke arah yang sesuai dengan yang dijanjikan semasa pilkada dulu, yang terjadi malah "saling hantam" di internal pemerintahan, kalau sesama mereka saja sudah tidak akur bagaimana kita berharap mereka dapat bekerja sama untuk mengurus kita?

Dari 21 janji Zaini Abdullah - Muzakir Manaf (ZIKIR) sebelum jadi gubernur dan wakil gubernur Aceh semasa pilkada sepertinya semakin jauh dari kata realistis untuk terpenuhi.

Sekedar menyegarkan ingatan kita berikut janji-janji yang pernah dilontarkan dalam kampanye ZIKIR yang tercatat oleh berbagai media:

1. Wewujudkan pemerintahan Aceh yang bermartabat dan amanah;realitasnya? Sepertinya sangat jauh dari kata amanah, konon lagi bermartabat, bahkan nilai tawar Aceh di mata pemerintah pusatpun semakin rendah hal ini bisa dilihat dalam komunikasi yang antara Pemerintah Aceh dengan Jakarta, dimana pemerintah Aceh seperti kehilangan nilai tawar di mata pusat.

2. Mengimplementasikan dan menyelesaikan turunan UUPA, terkait dengan hal ini memang ada yang masih terkendala karena bersangkutan dengan pemerintah pusat, ada yang sudah disahkan pemerintah pusat namun belum sesuai dengan harapan atau tidak sesuai dengan MoU,  selain itu ada juga qanun yang sudah disahkan namun tidak dijalankan sama sekali oleh pemerintah Aceh dibawah komando Zikir, semisal qanun KKR yang sudah disahkan.

3. Komit menjaga perdamaian Aceh sejalan dengan MoU Helsinki, untuk poin ini kita juga bisa melihat bahwa sepertinya itu hanya komitmen di atas kertas atau bahkan sebatas ungkapan lisan, kenapa dikatan demikian? Karena terkadang pemerintah Aceh "mengabaikan" berbagai kewajiban yang sejatinya sangat terkait dengan perdamaian dan MoU yang telah ditanda tangani, misalnya ada poin-poin tertentu dalam UUPA yang tidak sesuai dengan MoU namun pemerintah Aceh terkesan abai atau bahkan terkesan mengambil keuntungan secara politis dari "ketidak sesuaian" antara UUPA dengan MoU, cotohnya dalam masalah calon Independent yang bahkan kelompok penguasa (baca: ZIKIR) sendiri yang pernah bersikukuh untuk melanggar/mengangkangi poin MoU terkait hal tersebut.

4. Menerapkan nilai-nilai budaya Aceh dan Islam di semua sektor kehidupan masyarakat, realitasnya? Dalam sektor pemerintahan saja sangat jauh dari nilai-nilai keadilan dan keterbukaan/kejujuran yang sejatinya sangat diutamakan dalam Islam, belum lagi dalam tatanan sosial masyarakat yang lebih luas yang semakin hari semakin jauh dari kata Islami mulai dari kasus narkoba, penculikan, perzinaan yang terjadi di mana-mana, bahkan lebih parah lagi Aceh juga dibanjiri berbagai macam aliran sesat yang terus merongrong Agama Islam, Qanun Jinayah yang terkait dengan syariat Islam juga melempem.

5. Menyantuni anak yatim dan kaum duafa, realitasnya? Masih banyak anak yatim dan kaum dhuafa ysng tidak tersentuh oleh perhatian pemerintah Aceh.

6. Mengupayakan jumlah penambahan kuota haji Aceh, dan

7. Pemberangkatan jamaah haji dengan kapal pesiar, 

8. Naik haji gratis bagi Anak Aceh yang sudah akil baliq, realitasnya?

Terkait dengan hal ini Yang sudah mendaftar dengan biaya sendiri saja harus mengantri puluhan tahun untuk mendapatkan giliran, belum terlihat upaya nyata dari pemerintah Aceh untuk mencarikan solusi atas persoalan ini, apa lagi menghajikan gratis bagi yang sudah baligh dengan kapal pesiar? Semakin jauh dari kata "mungkin" kalaupun tidak bisa dikatakan mustahil.

9. Menginventarisir kekayaan dan sumber daya alam Aceh, realitasnya?

10. Menata kembali sektor pertambangan di Aceh, realitasnya?

11. Menjadikan Aceh layaknya Brunei Darussalam dan Singapura, realitasnya? Aceh bahkan semakin dekat dengan somalia, kemiskinan, pengangguran, penculikan, perdagangan narkoba semakin mengerikan.

12. Mewujudkan pelayanan kesehatan gratis yang lebih bagus, alhasil? Pelayanan JKA yang sudah dirobah menjadi JKRA masih sangat-sangat jauh dari kata memuaskan.

13. Mendatangkan dokter spesialis dari luar negeri, realitasnya? Masih banyak pasien yang belum ditangani secara maksimal sehingga tidak mengherankan masih banyak warga Aceh yang memilih berobat keluar negeri, bahkan Malik Mahmud saja yang mendapatkan posisi yang sangat terhormat di Aceh masih harus ke Singapura untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

14. Pendidikan gratis dari SD sampai dengan perguruan tinggi, alhasil? Beasiswa dari pemerintah Aceh yang disalurkan melalui KBA/LPSDM sempat terhenti, meskipun kemudian dibuka lagi dan yang pasti tidak terealisasi pendidikan gratis yang dijanjikan, padahal pendidikan adalah modal utama untuk kemajuan sebuah bangsa.

15. Pemberian Rp. 1.000.000 (satu juta) per Kepala Keluarga per bulan dari hasil dana minyak dan gas (migas), realitasnya? Hingga 2015 belum juga terealisasi.

16. Mengangkat hononer PNS, yang terjadi malah "nepotisme" dalam pengangkatan PNS dengan berbagai macam cara dan manipulasi, ada Honorer yang sudah puluhan tahun mengabdi diabaikan dan yang baru mengabdi malah di SK kan.

17. Meningkatkan kesejahteraan rakyat Aceh, realitasnya? Masih ada kasus gizi buruk di Aceh, bahkan masih ada korban lumpuh layu yang luput dari perhatian pemerintah yang sampai meninggal.

18. Membuka lapangan kerja baru,

19. Meningkatkan pemberdayaan ekonomi rakyat, dan

20. Memberantas kemiskinan dan menurunkan angka pengangguran; alhasil? Angka pengangguran dari tahun ketahun masih menunjukkan angka yang sangat menyedihkan. Angka kemiskinan di Aceh masih tinggi bahkan masih berada di rata-rata nasional.

21. Mengajak kandidat lain untuk bersama-sama membangun Aceh, realitasnya?

Hingga tahun ke 3 yang telah berlalu dan memasuki tahunke 4 belum ada tanda-tanda ingin melibatkan kandidat lain untuk sama-sama membangun Aceh, bahkan antar Gubernur dan Wakil Gubernur terjadi percekcokan, meski berulangkali dibantah namun publik bisa melihat dengan jelas bahwa keduanya tidak lagi sejalan dalam upaya membangun Aceh, masing-masing punya agenda sendiri.

Kesimpulannya dari 21 janji tersebut tak satupun janji terealisir sampai berakhirnja tahun ke 3 rezim ZIKIR berjalan, pantas saja rakyat merasa kecewa, bahkan dikhawatirkan Kalau "janji surga" ini terus digantung dan rakyat terus berharap maka yang akan terjadi adalah kekecewaan yang akan semakin besar dan bukan tidak mungkin akan memicu "konflik" baru antara pemerintah Aceh dengan rakyatnya, seperti kasus Din Minimi, perlawanan BPPA dan juga masih banyak rakyat lain yang kemungkinan masih punya batas toleransi yang cukup atau setidaknya lebih besar dari Din Minimi Cs.

Alangkah lebih bijak jika saja pemerintahan ZIKIR berani berterus terang kepada rakyatnya untuk meminta maaf atas kelemahan mereka dalam memenuhi janjinya untuk mensejaterkan rakyat Aceh, setidaknya meskipun mereka harus menerima "hukuman sosial" di dunia karena kelemahan atau pengkhianatan mereka namun insya Allah jika rakyat memaafkan mereka akan terbebas di akhirat kelak.

Secara manusiawi wajar saja rakyat berusaha menagih janjinya untuk bisa diperhatikan sesuai dengan apa yang telah dijanjikan oleh pemimpinnya, begitupun sangat manusiawi juga setiap orang punya kelemahan dan kekhilafan baik yang disengaja maupun tidak sehingga sangat wajar dan bijak ketika pemerintah Aceh dalam hal ini berbesar hati untuk berani minta maaf secara terbuka dan sungguh-sungguh kepada rakyat Aceh atas semua kekhilafan ini. Sehingga pada akhirnya persoalan ini tidak terus membesar.

Namun jikapun nantinya ada yang tidak mau memaafkan setidaknya pemerintah Aceh (ZIKIR) telah berupaya untuk memperbaiki kesalahannya dan yang pasti itu jauh lebih baik daripada harus terus terbebani oleh kesalahan masa lalu tersebut.

Di sisi lain sudah saatnya dan sudah seharusnya rakyat Aceh sudah harus sadar bahwa mereka tidak perlu menggantungkan harapan terlalu tinggi pada pemerintahan ZIKIR, rakyat Aceh harus berlapang dada untuk move on dari rasa "sakit" hati akibat dikhianati oleh Pemimpinnya.

Kenapa demikian?Bukankah janji itu hutang?Benar bahwa janji adalah hutang, namun ketika yang dijanjikan semakin jauh dari kenyataan maka terus berharap untuk dapat terpenuhi janji tersebut adalah pekerjaan sia-sia, buang-buang waktu, buang-buang energi kalau terus berharap pada sesuatu yang secara "logika" tak mungkin terpenuhi.

Sudahlah maafkan saja dausa orang tua atau pemimpin kita itu, anggap saja mereka khilaf telah menjanjikan sesuatu yang tidak realistis kepada kita, meskipun nantinya ada yang menawarkan kita janji yang ke 22, semoga saja kita kedepan harus bisa lebih cerdas dalam membaca dan menilai setiap janji yang ditawarkan oleh Calon pemimpin kita agar kita tidak lagi terperosok dalam lubang yang sama untuk kesekian kalinya.

Pilkada 2017 sudah semakin dekat, para bakal kandidatpun sudah tidak malu-malu lagi mengutarakan keinginannya untuk berkompetisi, sangat mungkin nantinya kita akan kembali disuguhkan dengan berbagai janji baru (janji ke22) berbau surga dari para kandidat/calon pemimpin kita, sudah seharusnya pengkhianatan-demi pengkhianatan yang pernah kita terima dapat membuat kita lebih selektif dan lebih cerdas serta lebih rasional dalam menentukan pilihan siapa yang akan kita percayakan untuk memimpin kita, apakah mereka punya kapasitas yang memadai untuk menjadi pemimpin? 

Apakah mereka punya visi yang cukup bagus untuk membawa kita ke kehidupan yang lebih baik?

Apakah mereka punya kemampuan yang cukup untuk memberikan berbagai terobosan untuk memperbaiki keadaan negeri yang sangat semeraut ini?

Apakah mereka punya program yang cukup realistis untuk dapat memajukan bangsa dan tanah air ini?

Atau mereka hanya bisa menjanjikan surga untuk kita sementara kemampuan dan mental mereka hanya cukup menggiring kita ke pintu neraka kesengsaraan?

Semoga saja kita semua dapat belajar dari pengalaman pahit yang telah berulang kali kita alami dan kita juga berharap para kadidat pemimpin kita kedepan juga tidak lagi berencana untuk kembali mengkhianati kita.

Aceh #MenungguJanjiKe22

Friday, July 17, 2015

MUZAKKIR MANAF TIDAK SHALAT IED BERSAMA JOKOWI, INI TANGGAPAN NETIZENS ACEH!

BANDA ACEH, Sebagaiamana diberitakan SERAMBINEWS.COM, Ada beberapa hal berbeda dalam pelaksanaan Shalat Idul Fitri di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat (17/7/2015). Kehadiran Presiden Joko Widodo, pemeriksaan jamaah di gerbang masjid yang dilakukan mengingat kondisi di Aceh yang susah ditebak, Irwandi saja yang mantan Gubernur Aceh bisa mengalami tindak kekarasan di Aceh, apa lagi Jokowi sehingga ada yang melihat pengamanan ini wajar meski tidak sedikit yang menganggapnya berlebihan, dan ada juga yang lebih perhatian ke "perihal" Wakil Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, yang juga bakal Calon Gubrnur Aceh 2017 yang tidak melaksanakan Shalat Ied bersama Jokowi tapi di ruas jalan Mohd Jam, antara Masjid Raya dengan lokasi eks Hotel Aceh (kawasan Taman Sari).

Pemberitaan terkait hal tersebut mendapat tanggapan beragam dari netizens di Aceh, ada yang melihatnya sebagai bentuk "kedewasaan" Muzakkir Manaf yang sudah menegaskan diri untuk maju sebagai Cagub Aceh di pilkada 2017 nanti dalam berpolitik yang lebih memilih berbaur dengan rakyat namun tidak sedikit yang melihat ini sebagai upaya pencitraan, setidaknya ini lebih baik daripada harus berkampanye dengan cara-cara yang anarkis, pencitraan adalah sebuah keniscayaan dalam berpolitik dewasa ini dan yang pasti itu jauh lebih baik daripada penjegalan dan pembusukan apa lagi pembunuhan!