INDONESIA– Dalam beberapa hari terakhir kita melihat halaman media
cetak baik local maupun nasional dipenuhi dengan ucapan selamat yang
dialamatkan kepada beberapa pemerintah daerah yang berhasil meraih OPINI WTP
dari BPK RI terkait pengelolaan anggaran daerah, namun hal itu masih terkesan
sebagai sensasi belaka, betapa tidak? OPINI WTP tersebut belum memberikan
dampak kepada kemakmuran rakyat, jika memang pengelolaan anggaran telah sesuai
dengan aturan makan sudah seharusnya berdampak pada perbaikan kondisi dan
kesejahteraan rakyat, berbagai opinipun bermunculan terkait dengan pemberian
OPINI WTP oleh BPK RI tersebut bermunculan, misalnya APF Dalam rilisnya
mempertanyakan korelasi OPINI WTP dengan kesejahteraan rakyat (Baca: OPINI WTP APA GUNANYA UNTUK RAKYAT?).
Whell ternyata bukan hanya APF
yang mempertanyakan OPINI WTP tersebut, lebih parah lagi berbagai pihak menduga
ada permainan alias kong kalikong dalam pemberian OPINI WTP tersebut oleh BPK
RI, salah satunya yaitu menteri ESDM yang mengkritisi pemberian OPINI WTP
tersebut.
MENTERI ESDM KRITISI OPINI WTP
Sebagaimana diberitakan oleh liputan6.com
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengkritisi
pemberian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) "Beberapa terakhir ada tren memajang foto mendapatkan WTP, seolah WTP adalah
hadiah tertinggi, secara performa betul," kata Sudirman, seperti yang
dikutip Minggu (14/12/2014).
Lebih lanjut Sudirman mengakui,
untuk mendapatkan opini WTP, laporan keuangan sebuah instansi harus terhindar
dari kesalahan fatal dan penyimpangan. "Kalau ada permasalahan tidak cukup
berat dikasih WTP (wajar dengan pengecualian, kalau diyakini auditor nggak
beres dikasih opini tidak wajar. Kalau auditor tidak bisa lihat apapun saking
gelapnya artinya disclaimer auditor menolak memberikan
pendapat," paparnya.
Sudirman yang juga pernah menjadi
auditor mengungkapkan, saat ini opini tersebut bisa diragukan. Lantaran dengan
dimasukinya lembaga negara urusan mengaudit tersebut oleh politisi muncul
dugaan opini WTP bisa dijual belikan.
"Belakangan ini ada tren dipajang pejabat BPK iklan segala macam. Maaf BPK kita dimasuki politisi, peran profesional adjustment dimainkan politik akhirnya sering terjadi jual beli opini," pungkas Menteri ESDM Sudirman Said.
"Belakangan ini ada tren dipajang pejabat BPK iklan segala macam. Maaf BPK kita dimasuki politisi, peran profesional adjustment dimainkan politik akhirnya sering terjadi jual beli opini," pungkas Menteri ESDM Sudirman Said.
KETUA BPK DIDUGA LAKUKAN JUAL
BELI OPINI WTP
Sementara itu ekses dari
pemberian OPINI WTP tersebut Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Rizal Djalil
dicecar pertanyaan adanya tuduhan jual beli opini terhadap laporan keuangan
pemerintah daerah dan kementerian/lembaga dalam fit and proper test calon
anggota BPK di Dewan Perwakilan Daerah DPD.
Sebagaimana dilansir oleh situs katadata.co.id Pertanyaan itu diajukan oleh
anggota DPD dari Yogyakarta, Cholid Mahmud sesudah Rizal Djalil menyampaikan
visi dan misinya dalam uji kelayakan itu. Menanggapi pertanyaan tuduhan praktik
jual beli opini, Rizal menjawab selama ini BPK memberikan opini laporan
keuangan sesuai dengan Undang Undang Nomor 15 tahun 2006 tentang BPK. Ia
mengakui saat ini status opini 'wajar tanpa pengecualian' (WTP) sudah menjadi
komoditi. Walikota, bupati atau gubernur jika daerahnya mendapatkan opini WTP
dianggap memiliki reputasi yang baik. Namun jika laporan keuangan daerah mendapatkan
opini disclaimer, maka hal itu dianggap bisa merusak reputasi.
"Saya katakan opini WTP
jangan menjadi komoditi," ujar Rizal di DPD, Jakarta, 19 Agustus 2014.
Rizal juga menanggapi pertanyaan
terkait auditor BPK yang meminta uang saat melaksanakan tugas. Dia mengatakan
jika ada auditor BPK yang melakukan praktik tercela itu, akan segera ditindak
dan di nonaktifkan dari pekerjaannya. "Jika ada hal seperti itu langsung
laporkan ke kami," tuturnya.
Pertanyaan tuduhan jual beli
opini itu dikutip Cholid dari laporan Majalah Tempo. Majalah edisi 2-8 Juni
2014 itu menulis Rizal Djalil dilaporkan mengintervensi hasil pemeriksaan
auditor. Rizal membantah adanya praktik tersebut dan menilai tuduhan jual beli
opini yang menerpanya salah sasaran. Sebab, auditor di bawahnya paling sedikit
memberikan opini WTP. Kecurigaan seharusnya diarahkan ke pimpinan BPK yang
paling banyak menerbitkan opini WTP. “Saya bisa membuka semua orang yang
menjual WTP,” ujarnya seperti yang dikutip dari Majalah Tempo.
Dalam fit and proper test
tersebut, Rizal juga memberikan penjelasan audit BPK juga memiliki kelemahan.
Contohnya ketika ia menjabat sebagai auditor VI BPK yang melakukan audit
terhadap Kementerian Pendidikan yang selama empat tahun berturut-turut
memperoleh status disclaimer. Alasannya audit Kementerian Pendidikan
membutuhkan waktu yang lama karena besarnya jaringan Dinas Pendidikan hingga
Perguruan Tinggi. Empat tahun berselang baru BPK memberikan opini wajar tanpa
pengecualian (WTP). "Jadi saya katakan tetap ada kelemahan BPK, dan itu
yang akan saya perbaiki," katanya.
Whell…
OPINI WTP PRESTASI ATAU SENSASI?
OPINI WTP PRESTASI ATAU SENSASI?
No comments:
Post a Comment