BANDA ACEH, 21 September 2017, Pilkada Aceh
memang baru akan berlangsung tanun 2017, tapi belum juga memasuki tahun 2016
iklim perpolitikan Aceh sudah mulai menghangat, beberapa namu yang telah dan
sempat dirilis media terus melakukan kerja-kerja konsolidasi, Perpecahan di
internal kelompok maupun pergeseran kekuatanpun tak bisa dihindari, ini adalah
sebuah dinamikan yang sangat menarik untuk di cermati, terlepas dari alasan
yang melatari namun yang patus digaris bawahi bahwa Perpolitikan di Aceh
semakin terbuka dan ini sangat positif untuk perkembangan demokrasi, terlepas
dari bagaimana hasil yang akan diperoleh dari pilkda nantinya, apakah akan
membuat Aceh semakin tenggelam dalam kehancuran atau aka nada sedikit cahaya
terang menuju kebangkitan.
Tidak hanya konsolidasi internal kandidat
dengan pendukung, yang menarik untuk dicermati, ada juga hasil survey yang
dilakukan oleh beberapa lembaga survey untuk emngetahui respon public atas
nama-nama yang telah semakin terang menderang mengkampanyekan diri, ada Irwandi
Yusuf yang pernah sukses memenagkan Pilkada Aceh 2006 silam dimana rakyat bisa
melihat kinerjanya pakah pantas atau tidak untuk didukung ia merupakan Politisi
PNA, ada Muzakkir Manaf yang sekarang masih menjabat sebagai Wagub Aceh
mendampingi Zaini Abdullah ini juga sangat positif bagai rakyat untuk menilai
kapasitas seorang Incumbent, selain itu ada nama Zakaria Saman yang dulunya
satu kubu dengan Muzakkir Manaf pada pilkada 2012 silam yang kemdusian pecah
kongsi dengan Rezim Zikir meski sama-sama dari Partai Aceh, ada juga Nama Nasir
Djamil yang merupakan Politisi PKS yang sedang mewakili Aceh di senayan selain
itu ada nama Tarmizi A Karim yang dikenal sebagai specialis PJ Gubernur
penyukses pilkada yang sedang dipercaya di Kalimantan.
Diantara lembaga survey yang sudah menrilis
hasil surveynya terkait pilkda Aceh di media adalah Jaringan Survey Inisiatif
(JSI) mereka telah melakukan survei kandidat calon Gubernur Aceh periode
2017-2022 di tiga kabupaten yaitu Banda Aceh, Lhokseumawe dan Bireuen yang
semuanya di lintas timur Aceh. Dari survei tersebut, Irwandi Yusuf menempati posisi
teratas dengan poling mencapai 67,66%, kemudian diikuti oleh Muzakkir
Manaf dengan 8,3%, Ahmad Farhan Hamid dengan 4%, Tgk. Nasruddin Bin Ahmad
dengan 3,5%, Sulaiman Abda dengan 3,33%, Zaini Abdullah dengan 1,5% dan Zakaria
Saman mendapat 1,33%.
Hal tersebut sebagaimana
yang disampaikan oleh Manager Riset dan Marketing Politik/Peneliti
Jaringan Survey Inisiatif (JSI) Aryos Nivada dalam launching hasil survei
respon publik di 3 in 1 Coffee Shop Banda Aceh, Selasa (5/5) lalu. Survei yang
dilakukan di tiga kabupaten tersebut, katanya dilaksanakan sejak Maret
sampai April 2015. Itu artinya dari survey JSI
Pada tanggal 6 Mei 2015, Irwandi Yusuf menempati posisi pertama menurut Hasil
Survei yg dilakukan oleh Jaringan Survey Inisiatif (JSI) di lintas Timur Aceh.
Berselang bebarapa bulan
kemudian salah satu lembaga survey lainnya juga merilis hasil survey mereka, sebagaimana
diberitakan harian Serambi Indonesia hari ini 19 September 2015, menurut laporan
Hasil Survey yang dilakukan oleh lembaga Aceh Research dan Consulting (ARC),
terhadap kandidat Gubernur Aceh periode 2017-2022. Hasilnya menurut ARC bahwa
Irwandi Yusuf juga menempati posisi teratas.
1. Irwandi Yusuf: 46,17
persen
2. Muzakkir Manaf: 24,25
persen
3. Sisanya untuk sejumlah
kandidat lainnya.
Dari survey yang dilakukan
oleh ARC yang mengambil sample di lintas barat Aceh ternyata Irwandi Yusuf juga
menempati posisi teratas mengungguli kandidat lain yang telah menyatakan diri
maja meski belum secara resmi.
Dengan demikian,
berdasarkan dua survey yang dilakukan oleh dua lembaga survey yang berbeda
yaitu JSI yang melakukan survey di lintas Timur Aceh dan juga disusul oleh ARC
yang melakukan survey dengan mengambil sample di lintas Barat Aceh menunjukkan
bahwa Irwandi Yusuf masih unggul di Timur maupun di Barat Aceh itu artinya
Irwandi Yusuf masih sangat diharapkan untuk kembali memimpin Aceh, meski
terlalu dini untuk emngambil kesimpulan mengingat pilkada masih lama dan segala
kemungkinan masih bisa terjadi mengingat kondisi demokrasi di Aceh yang semakin
terbuka hasil survey ini kiranya akan sangat berpengaruh terhadap kepercayaan
diri kandidat dan para pendukungnya serta akan membuat pihak-pihak yang merasa
dirugikan oleh survey ini akan mengupayakan adanya survey susulan oleh lembaga
yang lebih credible.
TIDAK BISA DIKOMPARASIKAN
ANTARA HASIL SURVEY JSI DENGAN ARC.
“Membadingkan hasil survey Pra
Pilkada antar yang dilakukan JSC dan ARC adalah sebuah tindakan bodoh atau
setidaknja sagat tidak cerdas.
Betapi tidak?
Karena Survey tersebut mengambil
sample yang berbeda, belum lagi berbicara masalah metodologi yang digunakan
oleh masing-masing lembaga Survey yaitu JSI di wilayah pantai Timur (BNA,
BIREUN dan LHOKSEUMAWE) sementar ARC mengambil sampel wilayah pantai barat
yaitu Aceh Jaya, Aceh Barat dan sekitarnja.
Memang kedua survey itu masih
memunculkan nama yang identik dan mengunggulkan nama-nama yang sama meski
dengan persentase yang berbeda dan sama sekali tidak tepat untuk dijadikan
acuan komparatif untuk membandingkan naik turunnja elektabilitas kandidat
tertentu, karena faktor perbedaan sample seperti disebutkan di atas.
No comments:
Post a Comment