BANDA ACEH — Direktur Aceh People Forum (APF), TARMIZI MSI, mengatakan kasus pembunuhan dua anggota unit intelijen Komando Distrik Militer 0103 Aceh Utara itu terjadi karena sistem pertahanan negara yang bermasalah.
Reformasi 98 dilupakan, Konsep pertahanan negara bermasalah.
Kejadian pembunuhan prajurit TNI di Nisam telah membuat semua pihak tersentak, banyak pihak khawatir bahwa peristiwa tersebut akan menjadi start up konflik dan merusak perdamaian yang mulai tumbuh. Lalu aksi mengutuk terhadap pelaku pun muncul dimana-mana dan dari berbagai kelompok. Memang, Aksi pembunuhan tersebut, harus dikutuk karena itu memang pekerjaan terkutuk yang merugikan masyarakat luas. Kutukan tersebut tidak akan merubah keadaan, apalagi mengutuk dengan harapan agar kejadian tersebut tidak terulang, itu solusi bodoh.
Setiap peristiwa, pastilah tidak berdiri sendiri, tentu ada latar belakang yang menjadi asbabul wurud. Kita harus mengingat kembali agenda reformasi yang menuntut reformasi dan reposisi peran TNI, Dan juga jangan melupakan kesepakatan Damai GAM-RI yang mendiskusikan panjang lebar tentang rasionalisasi jumlah dan peran TNI di Aceh.
Karena Nisam itu bukan Boarder state yang membutuhkan tenaga TNI untuk mengintelin, maka kita juga harus kritis bertanya - "Ada apa intel TNI disitu" di daerah yang bermasalah dengan Illegal logging... Masyarakat di kawasan tersebut dapat memberi jawaban yang tepat. Maka solusinya bukan operasi militer, yang terkesan aksi solidaritas korps untuk balas dendam. "Saya pikir polisi sebagai satuan pengamanan masih mampu menangani kasus tersebut dalam kerangka penegakan hukum, bukanlah pengerahan tentara seperti mengusir pemberontak yang mencoba memindahkan patok batas wilayah" tegas Tarmizi dari APF (ACEH PEOPLE FORUM)
Tentu saja ini tidak semua kesalahan konsep pertahanan negara kita, tetapi harusnya kita semua introspeksi terhadap peran masing-masing, untuk memastikan konstribusi kita tidak semakin memperbesar masalah.
Demikian rilis Aceh Peopel Forum.
No comments:
Post a Comment