Tuesday, September 29, 2015

STOP, JANGAN POLITISASI AGAMAKU DEMI BIRAHI KEKUASAANMU!

STOP, JANGAN POLITISASI AGAMAKU DEMI BIRAHI KEKUASAANMU!

(POLITISASI ISLAM & ISLAMISASI POLITISI)
Oleh: Muhammad Ramadhan Yusuf


Politisasi Islam

Politisasi Islam adalah sebuah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan tindakan yang dilakukan oleh sebagian orang yang menunggangi Islam untuk mencapai tujuan politik.

Adalah ironis ketika setiap hari kita mendengar sebahagian politisi di negeri ini berteriak “Islam adalah pegangan kita, Al-Quran adalah pedoman kita, syari’at adalah jalan kita”, sementara dalam kenyataannya kita terus saja berhadapan dengan realitas yang semakin hari semakin jauh dari tuntunan Al-Quran, bimbingan Islam dan aturan syari’at.

Dari mulut atau ucapannya serta pakaian maupun atribut yang disandangnya selalu dan senantiasa “membawa” nama Islam, sehingga “terkesan” dialah orang yang paling cinta kepada Islam dan senantiasa mengikuti Rasulullah SAW, sementara dalam setiap tindak tanduknya malah bertolak belakang dengan apa yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW, bahkan lebih menyerupai Musailamah Al-Kadzab (penipu) karena ingin berkuasa, dia bahkan membuat hadits palsu yang seakan-akan apa yang dia katakan benar layaknya yang pernah dikatakan Rasulullah SAW, atau ada juga yang lebih identik dengan Qarun (kaya dan Lobha) sehingga dalam kehidupannya ingin menguasai semua kekayaan dengan menghalalkan segala cara termasuk korupsi sekalipun, dengan mencari celah agar terkesan kekayaannya adalah halal, ada pula yang menyerupai Fir’aun (kuat dan angkuh) sehingga begitu senangnya memanfaatkan kekuasan untuk menindas orang lain, sehingga dia terlihat sebagai orang yang paling kuat dan kuasa dimuka bumi.

Bukankah ini yang dikatakan dengan “politisasi Islam?” yaitu ketika seseorang menunggangi Islam untuk kepentingan politik?

Mendadak mendatangi Ulama untuk meminta restu sehingga terskesan ia “telah direkom” oleh ulama tertentu untuk dipilih menjadi Gubernur, Bupati dan lain sebagainya, mendadak menghafal hadits dan ayat “guna” meng-islami pembicaraannya agar terkesan seorang yang jujur dan berbagai cara lainnya yang pada dasarnya hanya menunggangi “Islam” demi mewujudkan “kepentingan” politiknya.

Berbagai kasus dan “praktik” culas yang terjadi di sekeliling kita banyak yang melibatkan politisi-politisi yang telah mempolitisir (dengan menggunakan atribut) Islam untuk kepentingan politik mereka, padahal Islam telah dengan tegas menggariskan bahwa yang hak dan yang bathil itu jelas berbeda, misalnya Islam melarang penipuan, Islam melarang mengambil yang bukan haknya, Islam melarang ummatnya melakukan penindasan.

Islam itu melarang pengibulan.

Allah SWT dengan sangat jelas menerangkan dalam Al-Quran bahwa: “Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta” (QS Adz Dzaariyaat:10), ini menunjukkan bahwa praktek culas berupa Mark-Up yang sering terjadi disekeliling kita merupakan bentuk perbuatan yang sangat bertentangan dengan Islam itu sendiri, mark-up proyek pulan,mark-up proyek pulen, mark-up pengadaan Damkar misalnya, penyelewengan beasiswa, bansos dan lain sebagainya.

Sungguh ironis, di negeri yang dengan begitu “bergemuruh” menggaungkan syaria’at Islam yang dipimpin oleh orang yang mengaku sangat cinta kepada Islam malah terjadi tindakan-tindakan yang berlawanan dengan ajaran Islam itu sendiri.

Islam itu melarang korupsi 

Allah SWT berfirman “Dan janganlah kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (Surah Al-Baqarah: 188), bukankah dalam ayat ini Allah SWT dengan sangat jelas melarang setiap muslim untuk mengambil harta yang bukan haknya secara bathil semisal korupsi, bukankah korupsi itu sendiri merupakan perbuatan yang sangat dilarang dalam Islam?

Ironisnya tindakan ini malah dilakukan oleh oknum-oknum yang dalam kesehariannya selalu “menggaungkan” Islam dalam setiap pembicaraannya, dalam setiap aktifitas politiknya senantiasa “membawa” atribut Islam, atau bahkan berasal dari partai yang berlabel Islam. Yang ketika mereka ingin meraih tujuan politiknya selalu berbicara dengan begitu Islami, sementara dalam tindakannya ternyata sangat jauh dari nilai-nilai Islam.

Islam melarang penindasan(kedhaliman).

Berkaitan dengan ini Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (QS. Asy Syuura: 40), bukankah dalam ayat ini Allah telah menjelaskan bahwa sangat membenci orang-orang yang berbuat kedhaliman, yang secara instruksional dapat dipahami bahwa Allah SWT melarang berbuat kedhaliman baik dalam bentuk penindasan dan ketidak adilan maupun berbagai bentuk kedhaliman lainnya.

Ironisnya dalam kehidupan sehari-hari kita melihat begitu banyak ketidak adilan yang dipertontonkan dihadapan kita yang dilakukan oleh orang-orang yang sebelumnya ketika “berjuang” selalu membawa nama Allah SWT dan Rasul SAW yang seakan akan mereka benar-benar akan menjadikan Al-Quran dan sunnah sebagai pedoman dalam menjalankan setiap kebijakan mereka. Begitu banyak hak rakyat yang tidak terpenuhi oleh pemimpin di negeri kita, misalnya kita setiap tahunnya membayar pajak, setiap bulannya membayar iuran listrik, air bersih dan lain sebagainya yang namun pelayanan yang seharusnya kita dapatkan tidak pernah terpenuhi secara maksimal, atau bahkan di abaikan sama sekali. Dalam konteks lain kita juga menemukan berbagai realitas yang menunjukkan betapa tidak adilnya pemerintah kita, misalnya ada daerah tertentu yang “kebetulan” daerah asal pemimpin terkait mendapatkan perhatian yang luar biasa, sementara daerah lainnya yang juga berada di bawah tanggung jawabnya malah tidak diperdulikan.

Bukankah pengibulan, korupsi, ketidak adilan dan berbagai kedhaliman lainnya merupakan perbuatan yang sangat dilarang dalam Islam, namun ironisnya tindakan itu dilakukan oleh oknum-oknum yang “selalu” menggaungkan keagungan Islam. Hal ini menunjukkan bahwa mereka hanya mempolitisasi Islam atau dengan kata lain mereka hanya menunggangi Islam untuk mewujudkan “nafsu” politik mereka. 

Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa banyak (tidak sedikit) politisi yang ada di negeri kita ini yang sejatinya beragama Islam tapi sungguh belumlah Islami, mengapa dikatakan demikian? Karena korupsi masih saja terjadi di mana-mana, mark up di mana-mana, penindasan di mana-mana.

Islamisasi politisi

Islamisasi politisi adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk meng-islami-kan para politisi. Dalam hal ini bukan dalam artian politisi di negeri kita bukan Islam, namun politisi Islam yang ada di negeri kita harus diupayakan agar dapat bertindak dan bersikap Islami. Artinya nilai-nilai Islam harus senantiasa diimplementasikan dalam berpolitik. Sehingga ajaran Islam “mewarnai” setiap sendi-sendi kehidupan berpolitik mereka, mulai dari proses suksesi politik, misalnya pemilihan kepala daerah, pemilihan caleg yang harus dilakukan dengan cara-cara yang Islami dengan penuh kejujuran (tranpasran) dan santun tanpa kekerasan, tidak diskriminatif atau mendhalimi hak orang lain, sampai ketika “politisi” itu menjabat sekalipun dapat menerapkan nilai-nilai Islam seperti Tranparansi, adil dan bijaksana dalam setiap tindak-tanduk maupun kebijakannya.

Artinya politisi di negeri kita benar-benar dapat berperilaku yang Islami atau sesuai dengan nilai-nilai Islam. Yang pada akhirnya akan memberikan keadilan dan mewujudkan kemakmuran ditengah masyarakat dan negeri kita.

Tidak ada lagi korupsi, tidak ada lagi mark-up, tidak ada lagi ketidak adilan, sehingga ketika para Politisi telah berperilaku Islami maka Islam dan muslim yang “rahmatan lil’alamiin” benar-benar tercermin dalam kehidupan kita, sebagaimana yang telah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW. Inilah yang penulis sebut dengan Islamisasi politisi.

Sehingga pada akhirnnya jangan sampai ada lagi pertanyaan seperti dibawah ini:

Nach Lo bawa-bawa nama Islam tapi kok malu-maluin sih?

Jangan-jangan elo hanya ingin mem-POLITISASI ISLAM?

Memang Islam itu sempurna, sementara muslim tidak sempurna,

tapi sebagai muslim kita mesti terus berusaha untuk menjadi sempurna

Agar Islam tidak tercela hanya gara-gara "keislaman" kita yang tidak sempurna.

Sumber:
masterramadhan.com

No comments:

Post a Comment