SIAPA YANG AKAN DAMPINGI MUZAKKIR MANAF PADA PILKADA 2017 MENDATANG?
Ini jelas masih tanda tanja, beda halnja dengan penetapan Muzakkir Manaf sebagai Cagub Tunggal dari PA.
Banjak nama yang pernah disebut oleh berbagai pihak baik internal PA maupun dari luar, di antaranja ada Abu Razak (Kamaruddin Abu Bakar dari Pidie) yang merupakan kader asli PA dan GAM bukan pendatang setelah damai, dia juga Wakil Ketua KPA sekaligus wakil ketua PA Pusat.
Ada juga nama Teuku Al Khalid (dari Pijay) yang merupakan ketua DPD Gerindra Aceh yang dikenal dekat dengan Muzakkir Manaf yang juga menjabat Dewan Penasehat Gerindra Aceh selain sebagai ketua DPA PA, Ada juga nama Abdullah Saleh (dari Nagan Raya) yang sebelumnja di PPP kemudian setelah damai bergabung dengan PA yang terkenal blak-blakan dan sangat ambisius, ada juga Nama Muklis Basyah (Aceh Rayeuk) yang juga menjabat sebagai Sekjen PA Pusat serta sedang menjabat sebagai Bupati Aceh besar, KAUTSAR yang juga ketua Fraksi PA di DPRA yang dikenal muda dan energik serta punja kemampuan diatas rata-rata kader PA di DPRA, ada juga Nama Zaini Jalil yang juga merupakan ketua DPD Nasdem Aceh yang merupakan putra Bireun dan terakhir nama Nasir Djamil masuk bursa setelah PKS mendeklarisikan dukungannja secara resmi pada MUZAKKIR MANAF setidaknja itu di antara sekian nama yang mulai diapungkan dan masih menjadi teka teki sampai sekarang.
Nah terlepas dari berbagai pertimbangan yang diberikan oleh para pihak yang telah menyebutkan nama-nama tersebut diberbagai kesempatan dan berbagai media maupun tempat, kali ini saya mencoba menganalisa kemungkinan siapa yang menurut saya layak dan lebih layak menjadi pendamping Muzakkir Manaf sebagai pasangan Cagub dan Cawagub yang diusung oleh PA.
Di antara nama-nama tersebut ada yang terlihat begitu ambisius dan sudah terang-terangan mengiklankan diri bahwa sangat ingin mendampingi Muzakkir Manaf, berbagai manuverpun telah dan akan terus dimainkan.
Ada juga yang belum memperlihatkan keinginan secara langsung namun dilihat dari apa yang dilakonkan dan dikerjakan dia selama ini bahkan jauh sebelum Muzakkir Manaf mendeklarasikan diri sebagai Calon Gubernur dari PA dapat dibaca bahwa dia sangat dan sedang mengincar kursi disamping Muzakkir Manaf, bahkan kalau tidak berlebihan saya ingin katakan bahwa sebenarnja yang diinginkan bukan Muzakkir Manaf jadi Gubernur tapi kursi Wakil Gubernur harus bisa menjadi milik dia, sehingga langkah awalnya adalah memastikan Muzakkir Manaf maju sebagai Cagub dan kursi Cawagub bisa diperebutkan, dan ini tidak akan terjadi jika wacana rekonsiliasi yang pernah diwacanakan sebelumnja antara Irwandi dan Muzakkir Manaf berjalan mulus, karena jika rekonsiliasi terjadi dan Irwandi berpasangan dengan Muzakkir Manaf maka dia dipastikan tidak bisa memperebutkan kursi Wakil Gubernur Incaran dia, atau bahkan tidak tertutup kemungkinan ia akan kehilangan pengaruh di PA.
Whell...
Itu adalah ragam lakon yang saya lihat dari diri para kandidat cawagub pendamping cagub yang akan di usung PA.
Namun dari sekian nama dan ragam gaya, saya lebih tertarik atau menurut saya lebih cocok untuk menjadi pendamping Muzakkir Manaf adalah ABU RAZAK atau Kamaruddin Abu Bakar dan KAUTSAR
Kenapa Abu Razak Dan Kautsar?
Pertama:
Secara kalkulasi internal posisi Abu Razak yang menjabat sebagai Wakil ketua PA dan juga KPA dan terlihat sudah berpengalaman mendampingi Muzakkir Manaf selama ini atau bahkan semasa konflik sekalipun harus diakui memiliki nilai pluss untuk keakuran dan menghindari perpecahan saat menjabat sebagai Gub dan Wagub jika terpilih, setidaknya ini terbukti dan sudah teruji dalam mengomandoi PA dan KPA. Sementara Kautsar punja kelebihan tersendiri dan juga telah memperlihatkan kepiawaiannja dalam berkontribusi untuk PA sedari awal hingga sekarang sangat konsisten.
Ke dua:
Abu Razak adalah kader asli PA dari Pidie, yang merupakan basis suara terbesar PA setelah Pasee yang sudah diwakili Muzakkir Manaf, suara PA di Pidie dan Pidie Jaya bahkan lebih besar daripada Kawasan Barsela (Barat Selatan) yang diwakili Abdullah Saleh. Hal yang sama juga ada pada diri Kautsar, walaupun dia maju dari DAPIL BIREUN namun dia juga punja pengaruh di Pidie bahkan juga di Bireun dan Banda Aceh, selain itu Kautsar juga punja pengaruh dikalangan muda PA yang tidak dimiliki oleh kader lainnja.
Ke tiga:
Abu Razak terlihat lebih dingin dan tidak seambisius kandidat lain yang terlihat begitu getol ingin maju, ini menjadi nilai plus tersendiri mengingat selama ini Jika Wagub dan Gub sama-sama ambisius sangat rawan dengan perpecahan jika terpilih. Hal yang sama juga ada pada diri Kautsar, bahkan dia lebih kompleks dengan kemampuan lobbinja yang dibekali oleh pengalaman dia sebagai mantan aktivis.
Ke Empat:
Abu Razak jika dipasang dengan Muzakkir Manaf maka dengan sendirinya akan membantah tuduhan bahwa selama ini PA telah diacak-acak oleh penyusup yang bergabung dengan PA pasca damai, karena Abu Razak murni kader PA dan Berasal dari Pidie yang diperkirakan akan dapat mengamankan suara PA dari Pidie dari persaingan dengan kandidat lain yang juga dari Pidie, sehingga dengan dua faktor satu dan dua plus kenyataan Abu Razak yang sudah berpengalaman mendampingi Muzakkir Manaf di PA maupun KPA sehingga lebih besar harapan untuk dapat saling mengisi, memahami dan sinergi, dilengkapi dengan sikap Abu Razak yang tidak ambisius dan tenang. SEMENTARA Kautsar posisinja tidak kalah strategis selain sebagai kader PA dari Pidie layaknja Abu Razah dia juga merupakan repeesentasi dari kalangan muda PA yang berasal dari golongan Non Combatan yang sudah direpresentasikan oleh Mualem sendiri.
SATU ALASAN ISTIMEWA kenapa Kautsar lebih layak, karena dia punja akses jaringan politik yang sangat luas tidak hanja di Aceh tapi juga hingga ke Jakarta yang merupakan kekurangan TERBESAR dari Muzakkir Manaf sendiri, sebagai mantan Aktivis Reformasi Kautsar dipastikan punja kineksi dengan aktivis muda yang sedang berada di lingkaran Jokowi di Jakarta.
Nah terlepas dari baik buruknja untuk Aceh, setidaknja untuk Internal PA dan KPA saya kira dengan alasan di atas ABU RAZAK & KAUTSAR lebih layak daripada yang lain.
Namun pilihan tetap di tangan pengambil kebijakan di PA, saya hanja mencoba menganalisa dari berbagai isu dan perkembangan yang saya cermati dari luar.
Siapkah Abu Razak? Atau Kautsar yang lebih sigap?
Akankah PA memilih Abu Razak?
Ntahlah...
No comments:
Post a Comment