Friday, May 22, 2015

RAMADHAN CS, SERUKAN PENOLAKAN TERHADAP DUBES MYANMAR


            Terkait wacana kedatangan Dubes Myanmar yang akan mengunjungi para pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh setelah melarikan diri dari negerinya karena mendapatkan penindasan dari kelompok teroris Budha dan tidak mendapatkan perlindungan dari negaranya yang dikuasai oleh "pengecut" Militer, para netizen di Aceh dengan lantang menyerukan untuk menolak kedatangan Dubes Myamar tersebut, berbagai tanggapan yang bernada kecamanpun menyeruak, misalnya Muhammad Ramadhan Al-Faruq Aceh melalui laman Master Ramadhan  menuliskan "Saya menduga kunjungan dubes Myanmar ke Aceh malah akan membuat pengungsi Rohingya tersakiti.
Betapa tidak? Jelas-jelas dalam kasus Rohingya pemerintah myanmar melakukan pembiaran dan bahkan "juga" ikut membantai warga negaranya sendiri (yang ditolak untuk diakui)".
sementara Menurut Mantan Wali Kota Sabang Munawar Liza Zainal "Pendatang Rohingya yang terdampar ke Aceh, diduga keras melarikan diri untuk menyelamatkan nyawa mereka yang terancam di Myanmar, dan di sana negara berdiam bahkan turut terlibat dalam pembantaian atas etnis tersebut, Ada berita, pemerintah Myanmar yang pengecut itu mau mengirimkan duta besarnya untuk Indonesia untuk mengunjungi pengungsi Rohingya, Munawar Liza melanjutkan "Saya yakin, kunjungan dubes tersebut sangat berbahaya kepada pengungsi, membuat mereka trauma dan justru membahayakan saudara-saudara para pengungsi yang mungkin masih tinggal di sana
Saya dulu pernah menolak permintaan kedubes Myanmar yang hendak mengunjungi pengungsi di Sabang, dan hanya membolehkan UNHCR dan IOM serta lembaga-lembaga internasional untuk bertemu dengan pengungsi. Hanya dubes Amerika Serikat yang kami bolehkan, sebab waktu itu mendukung agar pengungsi tidak dipulangkan"
Senada dengan itu Menurut Nur Djuli "Bahkan kalau bisa Rakyat Aceh sambut dubes Myanmar dengan demo besar dan jangan biarkan menginjak tanah Aceh. Dr. Zaini agak pelupa orangnya. Beliau bahkan sudah minta PemRi, ketika jumpa Pak Murdoko, supaya pengungsi Myanmar segera dipulangkan. Kalau Dr. Z dulu di Semenyih,Malaysiakini, bukan di Singapore sebelum ke Sweden, mungkin beliau akan merasa bagaimana "pemberontak" diperlakukan ketika dipulangkan. Beliau harus baca Rumah Gedung (Karya istri Dr. Otto Syamsuddin Ishak) supaya bisa teringat kembali sedikit.

SOLUSI UNTUK ROHINGYA!
KINI kita kedatangan lagi tamu istimewa, warga etnis Rohingya yang teraniaya dan terusir dari negara Myanmar. Mereka tidak pandai berpolitik, miskin sumber daya manusia dan sumber daya alam. Ini adalah persoalan yang sangat menyulitkan kita semua, karena menyangkut hubungan antar-bangsa, problem internasional dan etika kemanusiaan. Meskipun demikian kita patut curahkan pikiran untuk mengatasi persoalan ini.
Opsi lokalisasi penduduk etnis Rohingya atau hidup berbaur dengan orang Aceh, saya pikir tidak akan menyelesaikan masalah, karena akan terjadi perpindahan penduduk Rohingya dalam skala besar. Selain itu juga akan menghapuskan legislasi status kependudukan etnis Rohingya di Myanmar. Tapi mengajak duek pakat atau menggelar konferensi internasional membicarakan persoalan ini adalah efektif untuk dilakukan, dan Aceh akan bertindak sebagai fasilitator.
Selain itu kita perlu mendesak Myanmar untuk menyelesaikan persoalan ini, karena di tangan merekalah masalah akan terselesaikan. Mendesak Myanmar bisa dilakukan dengan cara kerja sama ASEAN, memberikan sanksi tegas kepada Myanmar, memutuskan hubungan bilateral dan mengeluarkannya dari keanggotaan ASEAN.
Para mahasiswa, Ormas dan Pegiat HAM di Aceh harus menggalang kekuatan untuk melakukan usaha di atas, membuat konferensi internasional dan melakukan unjuk rasa. Sejujurnya persoalan ini perlu langkah tegas dan praktis, karena kalau hanya memberikan tempat tinggal sementara, lalu memulangkan kembali mereka ke Myanmar, tanpa kepastian, tahun selanjutnya mereka akan terdampar lagi.
Saya pikir, saat ini Aceh telah menjadi tuan rumah untuk melakukan agenda ini, kita perlu berkontribusi langsung kepada dunia. Jangan hanya bersikap apatis dan menunggu uluran tangan internasional saja, seperti selama ini terjadi. Persoalan ini adalah jangka panjang. Jika saja kita mampu menyelesaikan persoalan ini, maka ke depan Aceh akan berwarna lebih cerah lagi di mata internasional. Semoga pemerintah Aceh mengambil sikap tegas dan futuristik. Hal ini diutarakan oleh Syamsul Bahri Al-Mardawy yang dikenal peduli terhadap perkembangan social di Aceh.

Sumber: MASTERRAMADHAN

No comments:

Post a Comment